Tentang Das Kapital dan Kesadaran Kita
Sebagaimana Marxisme, buku “Das Kapital” memang bukan satu-satunya inspirasi tunggal untuk memahami kejadian hari ini. Kendati demikian, harus diakui hanya ada sedikit karya tulis yang dihasilkan untuk memahami kompleksitas sejarah manusia.
Dalam pembukaan Das Kapital jilid pertama, Marx membahas mengenai naluri dasariah yang menjelaskan mengapa manusia terdorong untuk menjadikan komoditas sebagai kepemilikan pribadi (private property) dan menjelaskan posisi teoritisnya diantara Smith dan Ricardo (termasuk Proudhon).
Dalam Das Kapital jilid I, Marx telah beranjak melewati Smith dan Ricardo untuk menjelaskan totalitas proses perekonomian kapitalis yang diturunkan dari pembuktian atas nilai lebih. Marx berhasil menggambarkan proses siklus produksi kapitalis dari skema reproduksi yang diperluas (expanded reproduction), sedangkan Smith dan Ricardo hanya mampu menjelaskannya melalui skema reproduksi sederhana (simple reproduction) atau yang lazim dikenal sebagai ekonomi subsistensi, dimana akumulasi kapital tidak terjadi. Marx berhasil menjelaskan mengapa secara niscaya seseorang mau menjadi kapitalis didalam skema reproduksi yang diperluas, dan mustahil di dalam ekonomi subsistensi. Temuan Marx mengenai cara kerja kapitalisme inilah yang mendorong sejumlah teori yang memperlihatkan bahwa kelas pekerja selamanya selalu dieksploitasi, dan mustahil menjalankan peran sebagai investor pada waktu yang bersamaan.
Analisa kritis terhadap kapitalisme berhutang banyak pada Marx lewat Das Kapital. Termasuk untuk menyadari secara konkret bagaimana proses terjadinya sejumlah kejadian tak terduga dari totalitas ekonomi produksi kapitalis. Persis dalam bagian ini Marx meninggalkan catatan bahwa seorang kapitalis setelah menjalankan eksploitasi melalui skema reproduksi diperluas dan pengambilan nilai-lebih, juga menjalankan
apa yang disebut sebagai sentralisasi kapital. Apa yang terjadi misalnya dalam krisis keuangan global tahun 2008 menunjukkan salah-satu implikasi besar dari luruhnya teori nilai-kerja berhadapan dengan skema moneter yang khas dalam totalitas ekonomi kapitalis.
Orang-orang kehilangan tempat tinggal, lahan pekerjaan, bukan karena persoalan kapital konstan (sarana produksi tidak mampu bekerja) atau kapital variabel (tenaga kerja tiba-tiba tak produktif) melainkan karena institusi sentralisasi
kapital yang mereprensentasikan siasat akumulasi kapital dalam sistem kapitalis. Jadi kita bisa menjelaskan Big Short tahun 2008 itu dengan satu rumusan yang objektif, dapat dipegang sebagai pedoman antisipasi, dan tanpa alasan lagi bahwa
itu hanya muncul sebagai bagian dari tak-terprediksikannya ekonomi kapitalis.
Das Kapital membantu kita memahami hal-hal yang sangat praktis bahwa perekonomian nasional membaik atau memburuk tidak ada hubungannya dengan kemalasan atau rajinnya seseorang. Juga menunjukkan bahwa tidak ada yang salah dengan penuntutan kenaikan upah, yang juga berarti tidak
ada dalih rasional untuk menolaknya, karena laba komoditas sepenuhnya merupakan representasi dari 100 hingga 200% nilai eksploitasi tenaga kerja. Termasuk juga memahami secara praktis
mengapa anak-anak muda peminat entrepreneruship punya teori dan hasrat tak logis semacam “membuat uang bekerja untuk mereka” atau menjadi “pensiunan mapan” sejak dini.
Membahas mengenai pembuktian nilai-lebih dalam Das Kapital memang selalu menjadi topik untuk menunjukkan pentingnya karya ini. Meskipun demikian, letak utamanya karya ini juga sebenarnya terletak pada cara Marx sendiri “bekerja” untuk menjelaskan totalitas ekonomi, atau totalitas realitas. Oleh karena itu daya-ubah Das Kapital terhadap dunia justru pada warisan.cara Marx memikirkan, menjelaskan, dan menggagas transformasi dunia. Jadi tidak melulu tentang “apa” yang telah dihasilkan oleh Marx dalam Das Kapital, melainkan “bagaimana” caranya Marx bisa sampai pada kesimpulan demikian. Sehingga para pembacanya tidak hanya.didorong untuk “membeo” apa saja yang disampaikan Marx mulai dari titik hingga koma, tetapi berpikir ulang secara kritis tentang apa yang tengah terjadi hari ini, persis seperti yang dialami oleh Marx pada masa itu.
Terlepas dari segala kepelikannya, kita bisa belajar dari cara-cara Marx memikirkan ulang realitas. Sebuah buku yang mengubah dunia.***
Komentar
Posting Komentar