Cantik Itu Luka by: Eka Kurniawan (Berbagi Opini)
Cinta itu banal!
Sekian lama kita terhegemoni berbagai bentuk tentang subjek cinta atau percintaan yang sangat normatif tanpa pernah berani walau setidaknya itu muncul dalam benak kita, bahwa cinta tak seklise yang terbayangkan. Arus utama perilaku yang dihadirkan dan dihasilkan oleh kekuatan impuls maupun terencana oleh kerangka pikir sangat membosankan dan tak luput sering menghadirkan kemuakan akan kemungkinan-kemungkinan yang muncul akibat cinta. Cantik Itu Luka menawarkan sisi lain meski tak asing sebenarnya tentang perasaan dan cinta itu sendiri. Cinta dibawa keluar jauh dari kemuliaan yang sering dikultuskan orang banyak. Cinta coba diporakporandakan dari persepsi baiknya dan itu nyata terjadi dalam berbagai rangkaian peristiwa cinta.
Kronologi demikian terbilang jarang diramu dalam bentukan cerita-cerita novel Indonesia walau tak dapat dikatakan tidak ada, namun terbatas pada penulis-penulis yang berani mengambil perspektif cerita diluar mainstream. Menghindari moral masyarakat yang terganggu juga bisa berujung pada hilangnya nilai komoditas cerita kerap membuat alur cerita cinta "begitu-begitu saja". Ternyata justru konsep banal akan cinta dalam Cantik Itu Luka memberi fakta diluar prediksi tersebut. Cantik Itu Luka telah dicetak diberbagai negara lain dan telah dialihbahasakan ke lebih dari 30 bahasa. Ini membuktikan bahwa kerangka berpikir manusia selalu membuka kemungkinan-kemungkinan akan sebuah perspektif dan menerima fakta sebagaimanapun bentuknya. Bukankah A. Camus berkata demikian bahwa setiap orang pada akhirnya akan terbiasa.
Pola kita cenderung menghindari kenyataan-kenyataan pahit yang ada dalam kehidupan bahkan sejauh mungkin tak ada dalam pikiran. Padahal di atas itu semua, kenyataan itu berlangsung dan berjalan di muka bumi. Kita sepatutnya menerima semua kemungkinan tanpa label "baik-buruk" sebab dengan itu kita mampu membuat otak kita bekerja pada kondisi apapun. Nilai-nilai yang tak mengindahkan negasi dari nilai tersebut hanya membuat nilai tersebut kultus tanpa ada kritik didalamnya. Hal tersebut sering terjadi dalam berbagai bentuk pengetahuan. Cantik Itu Luka mencoba melepas itu semua dan memberi kita ruang mencerna pengetahuan lain tentang cinta yang sebenarnya berseliweran di kehidupan kita. Dengan latar masa pra-kemerdekaan RI serta setelahnya dan menyelipkan berbagai rangkaian peristiwa penting bagi sejarah RI di masa itu membuat kesan historikal dan klasik terasa dalam novel ini. Persepsi ideologis pun cukup menarik diceritakan sebagai improvisasi dari peristiwa tentang cinta didalamnya. Kita dibuat tertegun bahwa daya nalar kita sangat mempengaruhi perasaan dan tindakan kita akan perasaan tersebut. Cinta membunuhmu juga menyelamatkanmu berulang-ulang.
Referensi literasi juga cukup banyak di dalam novel ini sehingga kita bisa menambah daftar penasaran kita akan referensi penulis sehingga mampu menciptakan novel Cantik Itu Luka. Namun harus saya sadari bahwa bentuk novel ini sedikit tidak cocok pada pembaca remaja yang masih sangat riskan pada bentuk pikir yang ekstrim walau sebenarnya layak dijadikan tambahan "bunga pikir" pada konteks literasi tapi memang sebaiknya dipikir ulang. Melalui buku ini kita dibuat menyadari bahwa orang-orang butuh rasa baru pada berbagai persepsi yang kita kondisikan sehingga kita terlepas dari bentuk kebosanan pengetahuan dan wawasan. Bagaimana manusia utuh itu "bekerja" ditampakkan dalam novel ini dan tak ada standar yang harus kita buat pada manusia-manusia tersebut. Studi Filsafat terdahulu sang penulis mungkin mempengaruhi bobot makna dalam berbagai peristiwa dalam novel ini. Bagaimana peristiwa yang berbau surealis, metafisik dan pastinya logis berbaur dalam kehidupan cerita masyarakat di dalam novel. Kita dibuat sadar mengapa banyak hal-hal diluar logis kita masih dikerjakan oleh manusia lain diberbagai peristiwa. Diatas itu semua setidaknya novel Cantik Itu Luka oleh Eka Kurniawan memberi rasa baru pada literasi Indonesia, menambah wawasan bukankah tujuan literatur?
Mari membaca...
Komentar
Posting Komentar