Membangun Kampung Halaman Sedini-dininya
Paradigma dalam mengenyam pendidikan memang bermuara pada perubahan kondisi kehidupan. Baik itu secara ekonomi maupun pola pikir. Hal tersebut tidaklah sepenuhnya salah walaupun terkadang proses menuju perubahan tersebut acapkali mengesampingkan nilai makna dan pragmatis. Paradigma yang pragmatis tersebut tak dapat dihindari menimbang memang salah satu harapan dalam pendidikan adalah terbukanya jalan untuk memperbaiki kondisi ekonomi terkhusus pada masyarakat terluar kota (desa red.) yang memang mengalami kondisi lemah ekonomi.
Masyarakat desa yang mayoritas dalam kategori sahaja umumnya menaruh tumpuan ekonomi pada aktivitas bertani. Aktivitas tersebut tak dapat sepenuhnya dikatakan mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga terlebih pada kebutuhan pendidikan. Namun, harapan yang tinggi akan akses perubahan kondisi ekonomi melalui pendidikan yang diyakini umumnya masyarakat desa menjadikan pendidikan sebagai salah satu jalan perubahan kondisi (rekondisi).
Para generasi yang melakukan aktivitas pendidikan tinggi biasanya akan mengalami perubahan pola pikir yang signifikan. Terutama pada tahap memenuhi kebutuhan ekonomi di masa depan. Generasi yang mengenyam pendidikan biasanya akan terhegemoni pada konteks bekerja untuk memenuhi ekonomi di tahap menjadi pekerja di dunia industri maupun administrasi (Pegawai Negeri). Hal ini sangat lumrah sebab pendidikan tinggi menempatkan posisi fungsionalnya sebagai wadah yang menghasilkan personal yang siap memenuhi kebutuhan industri maupun administrasi. Hal tersebut tidaklah salah menimbang roda sistem kenegaraan yang harus berjalan. Yang menjadi fatal adalah tidak munculnya paradigma membangun kampung halaman sebagaimana mestinya tujuan perubahan ekonomi di awal. Hal tersebut menyebabkan kampung justry semakin tertinggal secara ekonomi maupun sosial ditengah perkembangan teknologi maupun pengetahuan. Sebuah ironi yang luput dari pemikiran.
Bukanlah hal yang salah bila generasi baru merubah pola memenuhi kebutuhan ekonomi disamping perubahan pola zaman dan kebutuhan zaman, juga cara memenuhi kebutuhan ekonomi ala "orang tua" terdahulu yang umumnya bertani realitasnya tak menyenangkan dan urung mampu mencapai tahap sejahtera. Namun, bukan lantas kebuntuan akan pola ekonomi terdahulu tersebut harus ditinggalkan dan menggantinya dengan pola ekonomi baru seperti menjadi karyawan maupun pegawai negeri. Sektor ekonomi desa akan selalu vital menimbang kebutuhan dasar masyarakat urban (kota red.) yang umumnya tak lagi menghasilkan kebutuhan dasar tersebut semisal pangan. Oleh sebab itu membangun kampung halaman meskipun tak mesti "turun" ke kampung adalah keharusan dan kesadaran dini.
Perantau biasa disebut bagi para pekerja di luar konteks kegiatan ekonomi di desa kerap lupa tuk membangun wawasan maupun fasilitas yang bisa menopang peningkatan ekonomi desa. Tingginya kebutuhan ekonomi privat juga kerap menjadi lupa tuk membangun sektor ekonomi desa. Semakin lupa akan kewajiban esensi pendidikan tuk memberikan perubahan juga mendukung semakin tertinggalnya wawasan masyarakat desa. Paradigma bahwa membangun desa juga harus kembali ke desa kerap membuat para perantau urung tuk membangun desa. Padahal banyak konteks tuk membangun desa dari manapun berada.
Kegamangan niat tuk membangun desa terkadang dihambati oleh akses yang terbatas dalam membangun berbagai sektor desa. Hal ini membuat banyak perantau atau para penggiat ekonomi diluar desa enggan atau kebingungan memberi dampak terhadap desa. Dalam hal ini sebenarnya dapat dibangun melalui akses-akses terbuka desa baik melalui aparatur desa maupun organisasi desa (karang taruna, kelompok tani, kelompok sosial masyarakat desa, dsb.), dengan itu semua segala upaya untuk membangun desa diberbagai sektor dapat dicapai. Pembangunan desa tak melulu mengenai dana (uang red.), pengetahuan diberbagai bidang pula fasilitas mendidik adalah aset paling penting dalam membangun desa.
Niat membangun desa haruslah dibangun sedari dini. Akses pendidikan seyogyanya haruslah bersikap membangun peradaban ke arah yang lebih baik terlebih di sektor ekonomi sebab melalui akses ekonomi bidang-bidang lain dapat dibangun secara merata. Apapun wujud aktivitas ekonomi yang ditempuh sedemikian rupa alangkah baiknya bila itu berdampak pada pembangunan sektoral desa yang tertinggal. Pembangunan wawasan dan pengetahuan akan teknologi adalah upaya paling efisien untuk membagun desa. Dengan itu semua kita merayakan makna pendidikan yang kontekstual.***
Komentar
Posting Komentar