Selamat Hari Pahlawan, Pejuang Pangan Indonesia
10 November setiap tahunnya kita peringati sebagai hari pahlawan. Hari pahlawan ini sebagai wujud refleksi dan penghormatan terhadap seluruh pejuang Indonesia yang telah mengorbankan jiwa dan raga tuk kemerdekaan Indonesia di masa lampau. Kerap kita menyimbolkan kepahlawanan kemerdekaan Indonesia dalam wujud-wujud pejuang perang yang menghalau penjajah merebut negara Indonesia, padahal elemen pejuang kemerdekaan Indonesia bukan itu saja melainkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang saling mengisi kemerdekaan Indonesia termasuk pejuang pangan, Petani Indonesia.
Kita kerap lupa atau bahkan luput memikirkan bagaimana semua makanan yang tersaji di atas meja begitu nikmatnya dapat kita nikmati berasal dari mana. Nasi yang pulen, ikan yang manis dan segar, sayuran nan hijau serta buah-buahan yang menggoda selera tak pernah kita coba renungkan berasal dari mana. Cukup dengan uang ditangan kita mampu membeli itu semua di pasar tradisional maupun di pasar modern perkotaan. Semua bahan pangan itu berasal dari tangan-tangan gigih para petani di ujung desa yang mungkin tak pernah kita tahu kondisinya bagaimana.
Para petani dengan mimpi-mimpi sederhananya menghasilkan bahan-bahan pangan dengan harapan produk pangan yang dihasilkannya memiliki nilai ekonomi yang semakin membaik waktu ke waktu. Namun, hal tersebut bukanlah hal yang sederhana, rantai ekonomi yang amat panjang ditambah minimnya kontrol pemerintah dalam mengatur kebijakan para pemilik modal tuk menentukan harga bahan pangan dari pemerintah membuat petani selalu tak kuasa akan harga produk yang dihasilkan tangannya. Bukan hal baru bila petani-petani Indonesia lambat dan jauh dari kata sejahtera. Semua akibat permainan rantai transaksi kapitalis yang dimainkan oleh para pemilik-pemilik modal mulai dari partai kecil (tengkulak) hingga besar (distributor pangan). Belum lagi persaingan petani-petani tradisional dengan para industri pangan yang mengandalkan modal tak terbatas tuk menghasilkan bahan-bahan pangan yang sulit diimbangi petani sehingga terkadang harus rela nilai produknya jatuh pada nilai-nilai ekonomi terendah ketimbang tak memiliki nilai sama sekali.
Perampasan lahan petani oleh para penguasa-penguasa licik juga kerap terjadi demi kepentingan ekonomi dengan para pemilik modal yang ingin mengkonversi lahan pertanian menjadi lahan-lahan industri yang memiliki nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi. Tak sedikit terdengar petani yang disiksa dan dihakimi sepihak oleh pihak penguasa dan pengusaha agar tanahnya terkuasai. Dan pemerintah selalu menutup sebelah mata akan peristiwa-peristiwa demikian disamping mendapatkan keuntungan dari para pengusaha-pengusaha licik.
Edukasi petani pun tak kunjung membaik sehingga petani harus selalu terbodohi oleh para pelaku-pelaku industri pertanian dengan mencekcoki petani dengan berbagai produk pendukung pertanian yang luar biasa mahalnya. Petani yang kerap tak memahami cara menghasilkan bahan-bahan pendukung pertanian akhirnya harus selalu membeli produk pendukung pertanian industri yang luar biasa mahal. Pemerintah tak pernah mencoba menyelaraskan edukasi petani agar tak selalu tergantung pada priduk pendukung pertanian industri sehingga modal bertani tak selalu mahal dan kimiawi. Petani seperti gerombolan anak-anak yang digiring tanpa pernah memahami tujuan penggiringan. Semua bermuara pada nilai ekonomi sektor pertanian.
Walaupun demikian, diatas semua polemik yang dihadapi petani, para pejuang pangan tak pernah mengeluh tuk berhenti menghasilkan bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat Indonesia. Dengan harga yang selalu terombang-ambing petani tetap konsisten mengelola sektor pangan dengan harapan kecil hari-hari kedepan nilai pangan semakin membaik. Tak terbayangkan bila suatu hari para pejuang pangan ini berhenti menghasilkan bahan pangan sudah pastilah kita baru menyadari bahwa makanan diatas meja kita menghadapi proses ekonomi dan politik yang panjang. Dengan itu marilah mulai menyadari keberadaan petani sebagai pahlawan pejuang pangan Indonesia dengan membeli bahan pangan petani dengan harga yang layak sehingga nilai daya yang ditukarkan petani tuk menghasilkan produk pangan menjadi berimbang. Dukunglah produk lokal dengan tak selalu bergantungan atau terhegemoni dengan produk import. Bahan pangan lokal jauh lebih berkualitas dibanding bahan import sebab tanah kita dianugerahkan pada sektor pertanian yang berkualitas. Jayalah petani-petani Indonesia.
Komentar
Posting Komentar