Tanah ladang itu...
Pagi ini kabut cukup banyak menutupi pandangan sekeliling, mungkin imbas hujan gerimis yang sedikit lama tadi malam. Atap-atap rumah yang terlihat dari jendela kamarku yang beratap rendah tampak basah dan semakin berwarna coklat. Namun dingin tak terlalu meyakinkan pagi itu (?), entahlah aku merasa demikian mungkin efek aku tak mandi sejak kemarin. Aku berencana pergi ke ladang pagi itu lebih cepat dari biasanya sebab rencana menanam bibit cabai yang telah direncanakan jauh-jauh hari dan ladang juga telah disiapkan medianya untuk ditanami cabai. Pagi itu masih pukul 07.00 WIB, tanpa melewatkan ritual pagiku yang biasa kubuka dengan menyeduh kopi dan menikmati beberapa batang rokok di teras sempit kamar dilantai dua yang beratap rendah itu, aku pergi menuju ladang. Kabut menutupi pandangan sekeliling saat aku memacu sepeda motor milik saudara yang saban hari kupakai bila pergi ke ladang.
Ladang itu tampak basah oleh embun dan sisa hujan tadi malam. Tanahnya tampak sangat kecoklatan. Plastik mulsa berwarna abu-abu yang menutupi wadah bedengan tanah media untuk menanam cabai itu terdapat banyak kumpulan air. Beberapa kumpulan air itu terdapat tanah pasir yang berkumpul.Dan disekeliling plastik mulsa itu terdapat banyak tumbuhan yang biasa disebut petani sebagai gulma. Gulma itu sangat variatif dan beranekaragam. Beberapa tumbuhan itu kukenal nama awamnya namun banyak dari antaranya kukenal tapi tak kuketahui namanya. Seperti sebuah kebiasaan. Saat mempersiapkan ladang itu untuk pertanaman memang banyak terdapat tumbuhan yang mengisi tanah-tanah ladang itu. Bahkan nyaris menutupi seluruh tanah ladang. Tindakan pembasmian dan pembersihan ladang dari tumbuhan itu telah dilaksanakan jauh sebelum tanaman yang diharapkan mengisi tanah ladang itu. Seperti kebiasaan. Pasca pemasangan plastik mulsa pada bedengan tanah yang dibuat itu, selang beberapa hari tumbuhan-tumbuhan yang biasa disebut gulma itu mulai tampak seperti hidup kembali oleh tanah. Seperti titik-titik hijau yang berserakan ditanah.
Kini tumbuhan yang diawal hanya titik-titik hijau tersebut sudah memiliki bentuk yang beragam. Hanya beberapa minggu setelah pemasangan plastik mulsa di ladang itu. Tumbuhan beragam itu seperti simpanan tanah yang tak ada habisnya. Beberapa tumbuhan muncul bergerombol dan rapat beberapa lainnya muncul independen mencoba hidup dari sisa kehidupan sebelumnya. Aku hanya bisa mengelompokkan tumbuhan itu pada jenis rerumputan dan pakis-pakisan. Meski sebenarnya ragam tumbuhan itu lebih dari itu. Tampaknya pun demikian. Ilalang yang kukenal bentuknya berusaha hidup dengan menembus plastik mulsa yang rapat dengan bedengan tanah. Sepertinya sisa kehidupannya ikut tertutup plastik mulsa dahulu. Calon tunasnya yang tajam seakan ingin merobek plastik mulsa. Kumpulan keladi muncul di beberapa bedengan tanah yang belum tertutup plastik mulsa. Seingatku keladi-keladi itu telah didepak dari ladang itu jauh-jauh hari tanpa menyisakan umbinya yang tertanam di dalam tanah. Sepertinya tanah ladang itu masih menyimpan stok kehidupan bagi keladi-keladi mungil berwarna hijau muda itu. Aku menyaksikan tumbuhan itu dengan seksama. Aku berpikir sepertinya mereka sehat dan memiliki harapan hidup yang besar dari tanah ladang itu. Aku berhenti sejenak sesaat sebelum memulai aktivitas menanam bibit cabai yang telah direncanakan jauh-jauh hari itu.
Kehidupan beragam tumbuhan gulma di ladang itu mengisyaratkan makna. Kompetisi. Suka atau tidak suka. Antara gulma yang satu dengan yang lain. Gulma dengan plastik mulsa yang menghadang. Gulma dengan aku yang ingin memilih kehidupan lain. Antara gulma dengan pestisida yang menanti. Antara gulma dengan alam yang tak memilih perasaan. Suka atau tidak suka. Tanpa tedeng aling-aling. Tanpa moralitas. Tanpa pengetahuan. Tanpa filosofi. Tanpa cinta dan kasih. Tanpa hukum buatan. Tanpa agama dan kepercayaan turut keyakinan. Tanpa itu semua. Hanya kehidupan yang berjalan dan berkompetisi. Pagi itu lubang-lubang pada plastik mulsa kuisi dengan bibit cabai yang sudah memaksa pindah dari wadah hidupnya yang sempit dan menyingkirkan tumbuhan lain yang mengisi kehidupan pada lubang plastik mulsa dan tanah dibawahnya.
Komentar
Posting Komentar